Pelajaran dari Kisah Peperangan Kaum Muslimin
Pelajaran dari Kisah Peperangan Kaum Muslimin adalah ceramah agama dan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Emha Hasan Nasrullah, M.A. pada Sabtu, 15 Ramadhan 1446 H / 15 Maret 2025 M.
Kajian Islam Tentang Pelajaran dari Kisah Peperangan Kaum Muslimin
…يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ…
“Mereka mengenalnya (Muhammad) sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka sendiri.”
(QS. Al-Baqarah [2]: 146)
Kaum Quraisy mengetahui kejujuran dan akhlak Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Namun, setelah diangkat menjadi Rasul, permusuhan muncul, tidak hanya kepada beliau, tetapi juga kepada para pengikutnya. Tekanan demi tekanan datang, mulai dari cemoohan hingga pembunuhan terhadap para sahabat. Hal ini menyebabkan sebagian sahabat melakukan hijrah.
Hingga akhirnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk hijrah ke Madinah. Bahkan dalam perjalanan hijrah itu, kaum Quraisy mengadakan sayembara, menjanjikan hadiah 100 ekor unta bagi siapa saja yang berhasil menangkap Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam hidup atau mati.
Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘Anhu, yang menemani Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam perjalanan hijrah, berkata: “Wahai Rasulullah, seandainya salah satu dari mereka melihat ke bawah, niscaya mereka akan melihat kita.”
Namun Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menenangkan beliau dengan bersabda:
يَا أَبَا بَكْرٍ مَا ظَنُّكَ بِاثْنَيْنِ اللهُ ثَالِثُهُمَا
“Wahai Abu Bakar, bagaimana menurutmu tentang dua orang yang bersama mereka adalah Allah?” (HR. Bukhari)
Allah Subhanahu wa Ta’ala melindungi Rasul-Nya, dan tidak ada yang dapat mengganggu jika Allah telah memberikan perlindungan. Sesampainya di Madinah, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam disambut hangat oleh kaum Anshar Radhiyallahu ‘Anhum. Mereka beriman, menolong, dan ikut serta dalam dakwah Islam.
Permusuhan pun berlanjut. Orang-orang Mekah memburu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sementara penduduk Madinah mendukung dan melindunginya. Para Muhajirin (kaum Muslimin dari Makah) meninggalkan harta mereka, yang kemudian dirampas oleh kaum Quraisy.
Pada tahun ke-2 Hijriah, kaum Muslimin melihat peluang untuk membalas perlakuan Quraisy. Masyarakat Mekah dikenal sebagai kaum pedagang. Karena posisi Mekah berada di selatan Madinah, jalur dagang menuju Syam melewati Madinah. Jalur inilah yang dimanfaatkan kaum Muslimin sebagai bentuk respon terhadap permusuhan dan perampasan harta yang dilakukan kaum Quraisy.
Sebab Peperangan
Diantara sebab peperangan antara Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan kaum Kafir Quraisy adalah karena kaum muslimin ditindas, dibunuh, dan dirampas hartanya. Kemudian hijrah ke kota Madinah dan memanfaatkan kesempatan untuk menyergap kafilah, dan sebagainya.
Ada sebab lain yang merupakan sebab utama, yaitu perseteruan antara yang haq dan yang batil. Yang hal tersebut merupakan sunnatullah sejak turunnya Nabi Adam ’alaihissalaam dari surga. Saat itu iblis telah bersumpah akan menggelincirkan bani Adam. Iblis tidak suka jika manusia masuk surga. Jadi bukan sekedar ingin mencari teman ke neraka. Cukup satu orang yang masuk ke surga, iblis sudah tidak suka. Itulah kejelekan iblis, yaitu sifat hasad dan dengki.
Dan ketika orang tidak masuk surga, ke mana lagi kalau bukan ke neraka? Sehingga peperangan antaran yang haq dan batil itu pasti akan terjadi di zaman Nabi, saat ini, dan sampai akhir zaman nanti.
Ketika ada orang yang mengatakan ingin diterima oleh semua kalangan dan tidak dimusuhi oleh semua kalangan. Itu hal yang mustahil. Ketika seseorang ingin diridhai oleh seluruh manusia, itu adalah cita-cita yang mustahil. Jika kita menjadi orang baik, orang yang jelek tidak menyukainya. Dan jika kita menjadi orang jelek, orang yang baik tidak menyukainya. Jika pertengahan, maka semuanya tidak menyukainya.
Yang terpenting adalah bagaimana kita memposisikan diri. Kita mencari ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan itu bukan harapan sesama manusia. Itu adalah pelajaran yang pertama.
Pelajaran selanjutnya yang bisa kita ambil adalah mengapa sahabat Radhiyallahu ’Anhum diganggu ketika di Mekah? Ada di antara mereka yang disiksa dan bahkan ada yang dibunuh. Alasannya hanya satu, yaitu karena iman.
Dan model gangguan-gangguan yang seperti ini pernah terjadi saat sebelum diutusnya Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam. Umat yang terdahulu pun mengalami hal yang sama. Di antaranya adalah kisah Ashabul Ukhdud.
Ketika penguasa yang zalim memaksa rakyatnya untuk murtad meninggalkan agama tauhid, akan tetapi rakyatnya tidak mau. Akhirnya sang penguasa membuat sebuah parit. Lalu rakyat yang menentangnya dibakar. Sang penguasa memaksa orang-orang yang beriman untuk meninggalkan keyakinannya. Mereka dipaksa masuk ke dalam parit. Alasannya karena iman.
Allah Subhanahu wa Ta’alsa menjelaskan dalam ayat-Nya,
وَمَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلَّا أَنْ يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
”Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji,” (QS. Al-Buruj[85]: 8)
Mereka menyaksikan penyiksaan terhadap orang yang beriman tersebut dan bersenang-senang.
Lihat juga: Kisah Ashabul Ukhdud
Artinya, ketika seseorang sudah berikrar untuk beriman kepada Allah ’Azza wa Jalla, ketika seseorang sudah berikrar untuk berjalan di shirathal mustaqim untuk menuju ke surga, pasti setan tidak akan pernah diam. Setan pasti akan mengganggu, baik itu gangguan fisik maupun gangguan yang lainnya.
Jadi pada hakikatnya, kita hidup di dunia ini adalah berjuang mempertahankan keimanan kita. Dan pilihannya hanya satu, yaitu kemenangan (surga). Jika kalah, taruhannya adalah neraka.
Pelajaran lainnya dari kisah ini adalah ketika kaum muslimin datang dan berusaha untuk mencegat kafilah. Ternyata kafilahnya lolos dan mereka harus berhadapan dengan pasukan perang. Pelajarannya adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala memilihkan sesuatu untuk hamba-Nya yang mungkin sesuatu tersebut tidak disukai oleh hamba-Nya. Akan tetapi dibalik sesuatu tersebut ada kebaikan yang sangat besar.
Kaum muslimin saat itu (saat perang Badar) akan mendapatkan kemenangan yang gemilang, yang tentunya lebih istimewa dari rencana sebelumnya. Begitu pula dengan kita yang sering mendapati hal-hal di luar perencanaan, yang terkadang membuat kita sedih. Akan tetapi seharusnya sikap seorang mukmin adalah bersyukur ketika mendapat kelapangan. Jangan sampai kita lalai bahwasanya kelapangan tersebut merupakan bantuan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dan seharusnya kita berusaha untuk sabar ketika mendapat sesuatu yang sempit dan tidak kita sukai. Karena itulah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala pilihkan. Dan kita tidak mengetahui ada maslahat apa di balik kesulitan yang tengah kita hadapi.
Pelajaran selanjutnya yang dapat kita ambil adalah Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam mengajak para sahabat ke sebuah tempat dan merencanakan penyergapan terhadap kafilah, kemudian rencananya meleset. Ini menunjukkan bahwa beliau tidak mengetahui hal yang ghaib, kecuali ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala mewahyukan kepada beliau sehingga bisa tersingkap sesuatu yang tidak terlihat, beliau dapat mengetahuinya. Akan tetapi pada hakikatnya, yang mengetahui hal-hal yang ghaib secara mutlak hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak penjelasan yang penuh manfaat ini..
Download MP3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55026-pelajaran-dari-kisah-peperangan-kaum-muslimin/